Jumat, 13 Desember 2013

my little paradise final part

"tak ada lagi pagi sehangat dulu, tak ada lagi senja sesejuk dulu. semua terasa lain bagiku, tidak kah kau rasakan itu?"
itulah bait puisiku, kini berubah jadi pilu. kami benar-benar kehilangan semuanya, canda, tawa, berteduh di payung yang sama, semua sirna.

tak ada lagi semua sumber semangatku, tak ada lagi kebahagiaan seperti dulu. kami kehilangan kebersamaan, aku hanya ragu. mungkin hanya aku yang merasa aneh seperti ini, sementara tidak bagi kamu.

semua sikapmu bermula saat kita saling bicara soal perasaan kita terhadap orang lain, saat kamu mengetahui beberapa puisiku. sempat tersirat di benakku, mungkin kita saling cinta tapi tak bisa berkata. mungkin...

"kamu belum pulang?" suaramu menghancurkan lamunanku
"oh belum belum, kenapa?" tanyaku tanpa dapat menyembunyikan bahagia
"kita sudah lama tidak pulang bersama bukan?"
"iyaaa, tidak kah kamu rindu itu?" kataku penuh harap dia mengerti maksudku
"aku akui, aku memang rindu semua itu. tapi kini, aku milik orang lain." ucapnya tanpa peduli perasaanku, aku menahan tangis, dan berucap..
"selamat, siapa dia?"
sebelum bibirnya sempat bergerak menjawab pertanyaanku, seseorang menghampirinya dan
"sayang, lama menunggu? ayo pulang, sudah mulai gelap" dia bagas, ternyata dia bagas.
dia meninggalkanku tanpa kata, dia pergi tanpa berucap, mungkin dia pergi dari semua mimpi indahku bersamanya. tapi tidak dari hatiku.

malam itu sungguh kelabu. aku berjalan sendiri, biarkan hujam basahi rambutku, aku kedinginan, atau mungkin tak rasakan apapun. aku hanya peduli pada "kita" yang dulu.

sampai dirumah aku tertunduk lesu, ingat memori kita bahkan saat tak sempat lagi bertemu. aku kehilangan kamu.

segera aku masuk untuk melihat album kita dulu, melihat sejumlah memori yang tak bisa terulang lagi.
yang pertama, foto kita saat masih belia dulu, saat aku menggenggam tanganku walau kamu tak tau apa artinya itu, aku menyayangimu.
berikutnya foto kita saat kamu menyiramku dengan kopi di ulang tahunku, saat beberapa orang memberikanku hadiah, aku lebih senang dapat kejutan darimu
atau foto lain saat kita sedang bertengkar, kamu memeluk aku erat saat aku merajuk saat kamu bermain dengan anak lain saat itu. tak bisakah ini terulang lagi?
foto terakhr adalah yang terbaik saat kita bersama di malioboro, kenangan yang tak mungkin terlupa, kita pergi berdua, berlibur dalam waktu yang singkat penuh memori sempurna.
di foto itu kamu tersenyum lebar, aku pun begitu, tangan kananku merangkulmu. indahnya sore itu.

sebelum aku berniat menutup album istimewa itu, aku melihat secarik kertas terselip disana. ya itu tulisan tanganmu, kamu tak begitu bagus menulis, aku sungguh mengenalnya.

kuambil kertas itu, beginilah isi surat itu sebelum aku menangis terharu

"tak bisakah kamu lihat kasih sayangku di hari ulang tahunmu?, tak bisakah kamu lihat betapa aku tak ingin kehilanganmu?, tak bisakah kamu lihat betapa bahagianya aku di dekatmu?"
"aku sungguh tak mengerti arti kedekatan kita selama ini, teman, mungkin bukan. sahabat mungkin benar, tapi aku tak tahu pasti kenapa aku selalu ingin memelukmu. mungkinkah sahabat sedekat itu?"
"saat melihat puisimu untuk orang lain aku sedih bukan main, kamu yang terbaik, dan aku kehilangan puisi terbaik darimu."
"aku pergi besok, semoga kita bisa bertemu saat kamu sadar betapa aku mencintaimu."

membaca kalimat terakhir membuatku kalut. aku segera menelfonmu, kalimat pertama kita ucapkan bersama
"je t'aime" benar, kalimat favorit kita saat kursus bahasa prancis di masa smp dulu
"via, mau kemana?" ucapku merintih menahan tangis
"sudah baca suratku ya? aku pergi ke liverpool, melihat gerrard bermain dan menciumnya."
"kamu serius? kita belum memulai dan kamu pergi tanpa kepastian apapun?"
"aku serius, aku sudah di bandara. aku tidak bisa selalu di dekatmu, puisi indah itu buat aku yakin aku harus menjauh dari kamu."
"tapi ka"
"sudahlah!, aku tidak sanggup melihatmu dengan orang lain. saat aku kembali. jangan pernah menyapaku lagi" ucapnya penuh emosi di ujung telepon."
"jadi kamu akan kembali? kapan kamu kembali?"
"saat aku mampu hidup jauh dari kamu"
"sudahlah jangan bergurau, ayo pulanglah, bagas menunggumu."
"kamu pikir aku pergi dengan siapa? aku pergi bersama dia, dia sepupuku, kami pergi dengan orangtua kami"
"bukankah dia kekasihmu? dia memanggilmu sayang bukan? apa aku salah mendengar?"
"dia tau aku menyukaimu, dia mencoba buat kamu cemburu, tapi tak berhasil. aku menangis setelah itu"
"kenapa kamu tak pernah menyatakan isi hatimu" tanyaku penasaran
"kamu bodoh ya! aku ini perempuan, mana mungkin menyatakan! lagipula apa untungnya untukku?"
"karna kamu akan tau"
"tau apa?" ucapnya cepat. aku tau dia marah padaku.
"tau bahwa kamu lah gadis di puisi itu, kamu akan tau bahwa aku sungguh membutuhkanmu"
di ujung telepon, aku mendengarnya tersedu, dia menangis terharu. sebelum aku sempat berbicara lagi dia mengatakan
"berjanjilah satu hal padaku"
"berjanji apa?"
"berjanji kamu akan memelukku, setiba disana minggu depan"
"bukankah kamu akan tinggal lama?"
"aku hanya bohong padamu, aku pikir kamu tidak pernah menyukai aku, ahaha, tunggu aku ya, tapi aku mohon berjajanjilah!"
"baik aku janji" ucapku penuh ketenangan hati
kami mungkin akhirnya bersama, mengetahui perasaan masing-masing dan bahagia. namun, satu hal yang kami sesali adalah kami bisa memulainya sejak dulu. bisa bahagia sejak dulu. sedikit pesan untuk kamu yang membaca cerpen ini adalah jangan malu untuk mengungkapkan rasa sayang pada orang lain, atau kamu kehilangan semuanya..

TAMAT