Rabu, 28 Januari 2015

    Selamat Ulang Tahun Selvia

Malam kemarin, ku tunggu kabarmu
Melihat bintang berkilau itu
Mengingatkan aku akan semuanya
Tentang kita berdua

Cahaya matamu sampai kini terbesit
                                                            Terpancar selalu dalam hatimu
                                                            Terngiang dalam mimpiku
                                                            Akan indahnya dirimu

Aku tak punya apapun sayang
Tak punya pesawat yang ajakmu terbang tinggi
Aku tak punya apapun sayang
Tak punya emas yang cukup untuk buatmu terkesan

                                                            

Di hari ini, hari ulang tahunmu
                                                            Hari kau lahir sampai kini kau jadi milikku
                                                            Aku melihat hari begitu cerah
                                                Secerah masa depanmu yang akan kau jumpai di muka

Seutuhnya ini untukmu
Tapi semoga tuhan melihatnya
Melihat dan mengabulkan tiap baitnya
Mengirimkan malaikat menjagamu
Mengirimkan kebahagiaan di setiap pandanganmu
                                                           
                                                            Selamat Ulang Tahun yang Terkasih
                                                            Selamat Menuju Dewasa
                                                            Jadi kuatlah, berbahagialah sayang
                                                            Aku Menyayangimu

                                                           

                                                                         Yang mendoakanmu dari kejauhan

Kamis, 13 Maret 2014

Hujan

dalam lamunanku di tengah rintik hujan, diiringi gelapnya senja di hari ini, tak lama kau hadir dengan teh hangat dan bicara perlahan "aku cinta kamu".
"hey! kamu sudah tidur terlalu lama! ayo bangun! jam berapa ini?" bentak boris padaku.
"ah aku mimpi itu lagi boris!aku kira kamu ve. benar katamu, aku sudah terjebak dalam angan bersama dia boris."
"hey kau ini tidak benar-benar mendengarkan penjelasanku! sudah kubilang. terjebak bukan berarti tak bisa keluar! kau saja yang lemah!" nada boris semakin tinggi
"seandainya kamu tau bagaimana rasanya, tentu kamu tidak akan bicara begini, aku sungguh mencintai dia boris" ungkapku pada boris. kalimat terakhir perbincangan kami sebelum dia berlalu tanpa sebab.

Ve adalah orang yang paling penting dari hidupku. sejauh ini hanya itu alasan yang paling masuk akal mengapa aku masih belum mampu melupakan dia.

"boris aku berangkat dulu ya" aku berpamitan pada boris, dia adalah teman karibku kurang lebih 4 tahun ini
"baik lah, hati-hati kau ya! bila kau pulang, semoga kau sudah melupakan dia" kalimat sindiran boris yang selalu ku dengar setiap pagi

aku berjalan perlahan, melewati setiap jalan yang pernah aku lalui bertahun-tahun lalu, semua sama. satu hal yang berbeda adalah aku tidak menggenggam siapapun, ve tidak lagi bersamaku.

sebuah kalimat perpisahan yang dia ucapkan terakhir kali kami bertatap mata adalah
"jujur, mungkin kamu adalah pria yang tepat, di saat yang tepat"
sebuah kalimat dingin dengan ekspresi wajah yang nyaris tanpa dosa dari dia membuatku bingung.
sejujurnya.

tak lama kalimat itu terngiang di telinga, aku melihatnya, aku melihat ve berjalan di sekitar taman. taman yang sama, seperti beberapa bulan lalu. hanya kini, pria itu bukan aku lagi.

aku memerhatikannya dari kejauhan. ragu bahwa itu dia. namun aku tidak salah kaliini. bila biasanya hanya sebatas imajinasi. kini berbeda. ini memang dia.

rambutnya kini pirang, ia bahkan nampak lebih putih. namun kini ia menggunakan kacamata. sesuatu yang jauh darinya dulu. ya mungkin aku terlalu jauh. terakhir aku melihatnya ketika kami sma dulu.

aku mendekatinya perlahan, aku tau ini hari senin, aku tau aku hampir terlambat. semua seakan tak berlaku di detik itu. aku hanya ingin mendekatinya dan bicara. sedikit saja.

namun, sesaat setelah aku berniat mendekatinya, dia pergi. dia menoleh ke arahku, dan kemudian memberiku semacam kode, dia mengacungkan telunjuknya pada kursi yang ia duduki tadi.

aku berusaha mengejarnya, aku berlari. namun ia terlampau cepat menaiki mobil pajero itu. dia terlalu cepat.
melihat perangainya yang seakan memberi kode bahwa ia meninggalkan sesuatu untukku itu benar. dia meninggalkan secarik kertas dengan beberapa huruf tertata rapi di pojok kanan atas.
"Untukmu, terkasih."

mendengar kalimat yang mungkin sebuah tajuk yang mengawali kalimat-kalimat lain membawa aku melambung tinggi. kalimat pembuka itu mengisyaratkan perasaannya untukku. setidaknya, itu yang aku duga.

"haloooo teman sekelas! bagaimana kabarmu?"
"aku ingin beri tau kamu sesuatu, aku akan menikah. aku akan menikah minggu depan."
"aku ingin kamu tau, bertahun-tahun sejak pertemuan terakhir kita, aku masih sering memimpikanmu."
"terjebak dalam angan denganmu. dan mimpi itu selalu sama. mimpi saat kita duduk bersama di halaman rumahmu. kala hujan riuh membasahi bumi:"
"aku ingin kamu tau, setelah kamu membaca tulisan ini, aku menyayangimu. selalu begitu sejak dulu."
"selain itu, ini adalah pesan yang pertama dan terakhir setalah bertahun-tahun kita tak berkomunikasi."
"aku meninggalkanmu dalam sebuah kebingungan. sejujurnya, ibu tidak pernah setuju dengan semua ini. dengan hubungan kita."
"ibu menyuruhku untuk menikahi anton, sarjana hukum itu. ibu bilang dia sudah mapan dan aku bodoh bila melewatkannya."
"seharusnya pernikahan ini terjadi beberapa minggu setelah kita berakhir, namun aku minta sedikit waktu agar aku bisa melupakanmu. namun hasilnya nihil. aku tak pernah benar-benar bisa melupakanmu. sampai detik ini"
"hatiku ini akan selalu jadi milikmu, aku selalu berdoa semoga kamu bahagia."
"dari yang paling menyayangimu, Ve"

selembar surat ini membuatku sekujur tubuhku kaku, dulu, aku mengira dia hanya permainkanku, ternyata jauh dari semua prediksiku.

sebenarnya kami punya perasaan yang sama, kami saling cinta, tapi tak saling memiliki.

menghadapi kenyataan paling aku takutkan dari hidup, aku harus hidup tanpa dia disisiku lagi, harus hidup hanya dengan semua kenangan yang tersisa, tanpa hatinya lagi.

kali ini hujan turun, dengan situasi yang berbeda, dulu hujan ini menyaksikan aku dan dia saling menatap dalam kemesraan, kini hujan menyaksikan aku dengan tetes air mata ve yang mengering di selembar kertas ini.

SEKIAN


Jumat, 13 Desember 2013

my little paradise final part

"tak ada lagi pagi sehangat dulu, tak ada lagi senja sesejuk dulu. semua terasa lain bagiku, tidak kah kau rasakan itu?"
itulah bait puisiku, kini berubah jadi pilu. kami benar-benar kehilangan semuanya, canda, tawa, berteduh di payung yang sama, semua sirna.

tak ada lagi semua sumber semangatku, tak ada lagi kebahagiaan seperti dulu. kami kehilangan kebersamaan, aku hanya ragu. mungkin hanya aku yang merasa aneh seperti ini, sementara tidak bagi kamu.

semua sikapmu bermula saat kita saling bicara soal perasaan kita terhadap orang lain, saat kamu mengetahui beberapa puisiku. sempat tersirat di benakku, mungkin kita saling cinta tapi tak bisa berkata. mungkin...

"kamu belum pulang?" suaramu menghancurkan lamunanku
"oh belum belum, kenapa?" tanyaku tanpa dapat menyembunyikan bahagia
"kita sudah lama tidak pulang bersama bukan?"
"iyaaa, tidak kah kamu rindu itu?" kataku penuh harap dia mengerti maksudku
"aku akui, aku memang rindu semua itu. tapi kini, aku milik orang lain." ucapnya tanpa peduli perasaanku, aku menahan tangis, dan berucap..
"selamat, siapa dia?"
sebelum bibirnya sempat bergerak menjawab pertanyaanku, seseorang menghampirinya dan
"sayang, lama menunggu? ayo pulang, sudah mulai gelap" dia bagas, ternyata dia bagas.
dia meninggalkanku tanpa kata, dia pergi tanpa berucap, mungkin dia pergi dari semua mimpi indahku bersamanya. tapi tidak dari hatiku.

malam itu sungguh kelabu. aku berjalan sendiri, biarkan hujam basahi rambutku, aku kedinginan, atau mungkin tak rasakan apapun. aku hanya peduli pada "kita" yang dulu.

sampai dirumah aku tertunduk lesu, ingat memori kita bahkan saat tak sempat lagi bertemu. aku kehilangan kamu.

segera aku masuk untuk melihat album kita dulu, melihat sejumlah memori yang tak bisa terulang lagi.
yang pertama, foto kita saat masih belia dulu, saat aku menggenggam tanganku walau kamu tak tau apa artinya itu, aku menyayangimu.
berikutnya foto kita saat kamu menyiramku dengan kopi di ulang tahunku, saat beberapa orang memberikanku hadiah, aku lebih senang dapat kejutan darimu
atau foto lain saat kita sedang bertengkar, kamu memeluk aku erat saat aku merajuk saat kamu bermain dengan anak lain saat itu. tak bisakah ini terulang lagi?
foto terakhr adalah yang terbaik saat kita bersama di malioboro, kenangan yang tak mungkin terlupa, kita pergi berdua, berlibur dalam waktu yang singkat penuh memori sempurna.
di foto itu kamu tersenyum lebar, aku pun begitu, tangan kananku merangkulmu. indahnya sore itu.

sebelum aku berniat menutup album istimewa itu, aku melihat secarik kertas terselip disana. ya itu tulisan tanganmu, kamu tak begitu bagus menulis, aku sungguh mengenalnya.

kuambil kertas itu, beginilah isi surat itu sebelum aku menangis terharu

"tak bisakah kamu lihat kasih sayangku di hari ulang tahunmu?, tak bisakah kamu lihat betapa aku tak ingin kehilanganmu?, tak bisakah kamu lihat betapa bahagianya aku di dekatmu?"
"aku sungguh tak mengerti arti kedekatan kita selama ini, teman, mungkin bukan. sahabat mungkin benar, tapi aku tak tahu pasti kenapa aku selalu ingin memelukmu. mungkinkah sahabat sedekat itu?"
"saat melihat puisimu untuk orang lain aku sedih bukan main, kamu yang terbaik, dan aku kehilangan puisi terbaik darimu."
"aku pergi besok, semoga kita bisa bertemu saat kamu sadar betapa aku mencintaimu."

membaca kalimat terakhir membuatku kalut. aku segera menelfonmu, kalimat pertama kita ucapkan bersama
"je t'aime" benar, kalimat favorit kita saat kursus bahasa prancis di masa smp dulu
"via, mau kemana?" ucapku merintih menahan tangis
"sudah baca suratku ya? aku pergi ke liverpool, melihat gerrard bermain dan menciumnya."
"kamu serius? kita belum memulai dan kamu pergi tanpa kepastian apapun?"
"aku serius, aku sudah di bandara. aku tidak bisa selalu di dekatmu, puisi indah itu buat aku yakin aku harus menjauh dari kamu."
"tapi ka"
"sudahlah!, aku tidak sanggup melihatmu dengan orang lain. saat aku kembali. jangan pernah menyapaku lagi" ucapnya penuh emosi di ujung telepon."
"jadi kamu akan kembali? kapan kamu kembali?"
"saat aku mampu hidup jauh dari kamu"
"sudahlah jangan bergurau, ayo pulanglah, bagas menunggumu."
"kamu pikir aku pergi dengan siapa? aku pergi bersama dia, dia sepupuku, kami pergi dengan orangtua kami"
"bukankah dia kekasihmu? dia memanggilmu sayang bukan? apa aku salah mendengar?"
"dia tau aku menyukaimu, dia mencoba buat kamu cemburu, tapi tak berhasil. aku menangis setelah itu"
"kenapa kamu tak pernah menyatakan isi hatimu" tanyaku penasaran
"kamu bodoh ya! aku ini perempuan, mana mungkin menyatakan! lagipula apa untungnya untukku?"
"karna kamu akan tau"
"tau apa?" ucapnya cepat. aku tau dia marah padaku.
"tau bahwa kamu lah gadis di puisi itu, kamu akan tau bahwa aku sungguh membutuhkanmu"
di ujung telepon, aku mendengarnya tersedu, dia menangis terharu. sebelum aku sempat berbicara lagi dia mengatakan
"berjanjilah satu hal padaku"
"berjanji apa?"
"berjanji kamu akan memelukku, setiba disana minggu depan"
"bukankah kamu akan tinggal lama?"
"aku hanya bohong padamu, aku pikir kamu tidak pernah menyukai aku, ahaha, tunggu aku ya, tapi aku mohon berjajanjilah!"
"baik aku janji" ucapku penuh ketenangan hati
kami mungkin akhirnya bersama, mengetahui perasaan masing-masing dan bahagia. namun, satu hal yang kami sesali adalah kami bisa memulainya sejak dulu. bisa bahagia sejak dulu. sedikit pesan untuk kamu yang membaca cerpen ini adalah jangan malu untuk mengungkapkan rasa sayang pada orang lain, atau kamu kehilangan semuanya..

TAMAT

Kamis, 12 Desember 2013

my little paradise part 3

ya, terbongkar sudah semua puisiku. berhari-hari setelah kejadian itu, aku dan dia terjebak dalam diam, kami tak saling menyapa. kami bahkan seperti orang asing. tak mengenal satu sama lain. entah apa yang salah, mungkinkah dia tau perasaanku dan menjauh karna dia tak menyukaiku?

suatu hari saat ada gadis yang luar biasa cantiknya datang ke kantin kami untuk membeli minum, semua temanku memandangnya penuh kekaguman. semua orang memandangnya kecuali Via, dia menatapku bertepatan saat aku menatapnya. kemudian dia menghampiriku dan berkata..

"dia cantik bukan? seperti itu gadis idamanmu?" akhirnya dia menyapaku setelah seminggu kami tak bertegur sapa.
"cantik, kamu benar, hanya saja gadis idamanku tidak secantik dia"
"loh, kenapa? bukankah semua laki-laki ingin gadis yang cantik? atau dia kurang cantik"
"mungkin ini aneh, tapi dia yang aku inginkan adalah seseorang yang buat aku bahagia saat hariku begitu buruk. bukan seseorang yang menarik untuk dilihat orang lain." ucapku spontan, lagi dan lagi, aku puitis sekali.
"kamu sama sepertiku, dia yang aku idamkan tidak setampan brad pitt, tapi dia selalu buat aku lebih tenang." ucapnya perlahan. pupus harapanku, aku bukan seseorang itu.
"oh begitu yah, baiklah." aku meninggalkannya sebelum aku lebih kecewa. mengapa cinta selalu tak adil?

hujan, hal yang paling sering aku lihat sebelum senja menepi. kini dia hadir lagi. aku melihat via berteduh dari kejauhan, aku mendekatinya dan menawarkan payungku untuk dia gunakan, beruntung bila dia mau aku payungi. 

"kamu segeralah pulang, hari sudah mulai gelap. ini pakai payungku." tawarku penuh harap dia menerima payungku
"maaf, aku pulang sama bagas" kenapa waktu kamu selalu tidak tepat, tanyaku dalam hati
"yakin? hujannya lumayan deras vi, pakai payungku saja yaa."
dia hampir saja menggapai payungku, sayang seribu sayang bagas datang dengan motor ninja warna hijau yang sangat memikat mata, dan membawanya pergi jauh tak lama kemudian dia pergi tanpa sepatah kata perpisahan sedikitpun.

setelah sore kelabu itu, aku dihantui pikiran konyol bahwa mungkin gadis remaja seperti dia lebih menyukai anak laki-laki yang punya kendaraan, memakai jaket kulit, tampan dan tinggi menjulang, sayang semua kriteria itu jauh dariku.

aku hanya anak desa yang tidak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaan, aku hanya anak desa yang naik kendaraan umum, aku hanya seorang bocah yang kurus, kecil dan tak setampan bagas. jelas aku tidak mungkin dapatkan hatinya...

esok hari, seperti hari sebelumnya aku kehilangan semangat. tapi aku tak sabar untuk sampai di sekolah dan mendengar ucapan selamat pagi darinya.

tak lama setelah aku melewati gerbang sekolah aku melihat dia, segera aku menyapanya
"selamat pa.."
"selamat pagi bagas, terimakasih untuk kemarin yaa" ucapnya penuh senyum bahagia.
"selamat pagi via, iyaaa sama-sama. ayo ke kelas"

dia berbeda, tak ada lagi selamat pagi untuk aku, tak ada lagi senyuman untukku, sekarang semua untuk oranglain.. haruskah sepedih ini?...

Rabu, 11 Desember 2013

my little paradise part 2

"selama hujan turun hari itu, kamu yang tetap buat hatiku hangat" itulah penggalan puisi ku untuknya hari ini.
setelah ku hitung, aku sudah menuliskan 52 puisi untuknya, satu puisi yang kubuat terdiri dari 10 bait. oh tuhan betapa aku cinta dia. kemudian...
"hay kamu bikin puisi untuk siapa?" mendadak dia ada di sebelahku, segera kupeluk buku milikku agar tak sempat dilihat oleh dia.
"oh bukan, ini tugas bahasa indonesia, aku belum mengerjakannya. aku sering lupa mengerjakannya bila ku bawa kerumah."
"boleh aku lihat?" matanya menunjukan bahwa puisi milikku menarik. aku ingin menolak, hanya saja mungkin inilah salah satu cara membuat dia peka, mungkin...
"boleh, tapi jangan buat aku malu yaa" ucapku memohon.
kemudian dia membuka lembaran-lembaran itu, bibirnya melebar tersenyum. aku tau dia senang melihat puisiku.

"kamu adalah pelangi yang muncul setiap pagi dibalik jendela kamarku"
"kamu adalah embun yang menetes di dahiku saat kulihat indahnya mentari"
"kamu adalah lukisan pasir yang selalu jadi lebih cantik semakin sering aku melihatmu"
"kamu hal yang paling buat aku bahagia, walau mungkin kamu tak tau, sepenting itu kamu bagiku.."

dia berbisik menyebutkan kata demi kata di buku itu, kemudian dia menangis...

"betapa beruntungnya gadis di puisi ini. siapa dia?" air matanya menetes perlahan, spontan aku usap air matanya. ini momen paling dekat selama aku memendam perasaan padanya.

"itu untuk kamu" ucapku perlahan dan penuh keraguan. itu tak penting. yang terpenting adalah dia tau bahwa dia penting bagiku.

"kamu jangan bercanda, kita sejak lama dekat, tapi kamu belum sekalipun beritahu aku siapa gadis istimewa itu"

"bagaimana aku beritahu kamu. bahkan dia pun belum tau perasaanku."

"kenapa kamu tidak ungkapkan padanya? ayoo katakan. kamu bisa melakukannya."

"andai dia tau" kalimat terakhir dariku mengakhiri perdebatan kami soal perasaan ini. dia menatapku dalam, begitupun aku. andai dia tau...