Kamis, 12 Desember 2013

my little paradise part 3

ya, terbongkar sudah semua puisiku. berhari-hari setelah kejadian itu, aku dan dia terjebak dalam diam, kami tak saling menyapa. kami bahkan seperti orang asing. tak mengenal satu sama lain. entah apa yang salah, mungkinkah dia tau perasaanku dan menjauh karna dia tak menyukaiku?

suatu hari saat ada gadis yang luar biasa cantiknya datang ke kantin kami untuk membeli minum, semua temanku memandangnya penuh kekaguman. semua orang memandangnya kecuali Via, dia menatapku bertepatan saat aku menatapnya. kemudian dia menghampiriku dan berkata..

"dia cantik bukan? seperti itu gadis idamanmu?" akhirnya dia menyapaku setelah seminggu kami tak bertegur sapa.
"cantik, kamu benar, hanya saja gadis idamanku tidak secantik dia"
"loh, kenapa? bukankah semua laki-laki ingin gadis yang cantik? atau dia kurang cantik"
"mungkin ini aneh, tapi dia yang aku inginkan adalah seseorang yang buat aku bahagia saat hariku begitu buruk. bukan seseorang yang menarik untuk dilihat orang lain." ucapku spontan, lagi dan lagi, aku puitis sekali.
"kamu sama sepertiku, dia yang aku idamkan tidak setampan brad pitt, tapi dia selalu buat aku lebih tenang." ucapnya perlahan. pupus harapanku, aku bukan seseorang itu.
"oh begitu yah, baiklah." aku meninggalkannya sebelum aku lebih kecewa. mengapa cinta selalu tak adil?

hujan, hal yang paling sering aku lihat sebelum senja menepi. kini dia hadir lagi. aku melihat via berteduh dari kejauhan, aku mendekatinya dan menawarkan payungku untuk dia gunakan, beruntung bila dia mau aku payungi. 

"kamu segeralah pulang, hari sudah mulai gelap. ini pakai payungku." tawarku penuh harap dia menerima payungku
"maaf, aku pulang sama bagas" kenapa waktu kamu selalu tidak tepat, tanyaku dalam hati
"yakin? hujannya lumayan deras vi, pakai payungku saja yaa."
dia hampir saja menggapai payungku, sayang seribu sayang bagas datang dengan motor ninja warna hijau yang sangat memikat mata, dan membawanya pergi jauh tak lama kemudian dia pergi tanpa sepatah kata perpisahan sedikitpun.

setelah sore kelabu itu, aku dihantui pikiran konyol bahwa mungkin gadis remaja seperti dia lebih menyukai anak laki-laki yang punya kendaraan, memakai jaket kulit, tampan dan tinggi menjulang, sayang semua kriteria itu jauh dariku.

aku hanya anak desa yang tidak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaan, aku hanya anak desa yang naik kendaraan umum, aku hanya seorang bocah yang kurus, kecil dan tak setampan bagas. jelas aku tidak mungkin dapatkan hatinya...

esok hari, seperti hari sebelumnya aku kehilangan semangat. tapi aku tak sabar untuk sampai di sekolah dan mendengar ucapan selamat pagi darinya.

tak lama setelah aku melewati gerbang sekolah aku melihat dia, segera aku menyapanya
"selamat pa.."
"selamat pagi bagas, terimakasih untuk kemarin yaa" ucapnya penuh senyum bahagia.
"selamat pagi via, iyaaa sama-sama. ayo ke kelas"

dia berbeda, tak ada lagi selamat pagi untuk aku, tak ada lagi senyuman untukku, sekarang semua untuk oranglain.. haruskah sepedih ini?...